1. BAB I PENGANTAR LOGIKA
1. Konsep
Logika
Apakah logika itu ?
Seringkali Logika didefinisikan sebagai
ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar (sehingga didapatkan kesimpulan
yang absah).
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan
karena mempunyai bahasa dan kemampuan menalar. Untuk dapat menarik konklusi
yang tepat, diperlukan kemampuan menalar. Kemampuan menalar adalah kemampuan
untuk menarik konklusi yang tepat dari bukti-bukti yang ada, dan menurut
aturan-aturan tertentu.
2.
Pentingnya Belajar Logika
Belajar logika (logika simbolik) dapat
meningkatkan kemampuan menalar kita, karena dengan belajar logika :
a. Kita mengenali dan menggunakan
bentuk-bentuk umum tertentu dari cara penarikan konklusi yang absah, dan
menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai.
b. Kita dapat memperpanjang rangkaian
penalaran itu untuk menyelesaikan problem-problem yang lebih kompleks.
3.
Sejarah Ringkas dan Perkembangan Logika
Manusia belajar logika sejak jaman
Yunani Kuno. Aristoteles (384 - 322 SM) adalah seorang filsuf yang
mengembangkan logika pada jaman itu, yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan
logika tradisional.
Terdapat 5 aliran besar dalam logika,
yaitu :
1. Aliran Logika Tradisional
Logika ditafsirkan sebagai suatu
kumpulan aturan praktis yang menjadi petunjuk pemikiran.
2. Aliran Logika Metafisis
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan,
sehingga logika dianggap seperti metafisika. Tugas pokok logika adalah
menafsirkan pikiran sebagai suatu tahap dari struktur kenyataan. Sebab itu
untuk mengetahui kenyataan, orang harus belajar logika lebih dahulu.
3. Aliran Logika Epistemologis
Dipelopori oleh Francis Herbert Bradley
(1846 - 1924) dan Bernard Bosanquet (1848 - 1923). Untuk dapat mencapai
pengetahuan yang memadai, pikiran logis dan perasaan harus digabung. Demikian
juga untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan dengan seluruh
pengetahuan lainnya.
4. Aliran Logika Instrumentalis (Aliran
Logika Pragmatis)
Dipelopori oleh John Dewey (1859 -
1952). Logika dianggap sebagai alat (instrumen) untuk memecahkan masalah.
5. Aliran Logika Simbolis
Dipelopori oleh Leibniz, Boole dan De
Morgan. Aliran ini sangat menekankan penggunaan bahasa simbol untuk mempelajari
secara terinci, bagaimana akal harus bekerja. Metode-metode dalam mengembangkan
matematika banyak digunakan oleh aliran ini, sehingga aliran ini berkembang
sangat teknis dan ilmiah serta bercorak matematika, yang kemudian disebut
Logika Matematika (Mathematical Logic). G.W. Leibniz (1646 - 1716) dianggap
sebagai matematikawan pertama yang mempelajari Logika Simbolik.
Pada abad kesembilan belas, George Boole
(1815 - 1864) berhasil mengembangkan Logika Simbolik. Bukunya yang berjudul Low
of Though mengembangkan logika sebagai sistem matematika yang abstrak. Logika
Simbolik ini merupakan logika formal yang semata-mata menelaah bentuk dan bukan
isi dari apa yang dibicarakan.
Karena akan dibahas banyak mengenai
Logika Simbolik maka berikut ini disampaikan dua pendapat tentang Logika
Simbolik yang merangkum keseluruhan maknanya.
1. Logika simbolik adalah ilmu tentang
penyimpulan yang sah (absah), khususnya yang dikembangkan dengan penggunaan
metode-metode matematika dan dengan bantuan simbol-simbol khusus sehingga
memungkinkan seseorang menghindarkan makna ganda dari bahasa sehari-hari
(Frederick B. Fitch dalam bukunya “Symbolic Logic”).
2. Pemakaian simbol-simbol matematika
untuk mewakili bahasa. Simbol-simbol itu diolah sesuai dengan aturan-aturan
matematika untuk menetapkan apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah.
Studi tentang logika berkembang terus
dan sekarang logika menjadi ilmu pengetahuan yang luas dan yang cenderung
mempunyai sifat teknis dan ilmiah. Aljabar Boole, salah satu topik yang
merupakan perluasan logika (dan teori himpunan), sekarang ini digunakan secara
luas dalam mendesain komputer. Penggunaan simbol-simbol Boole dapat mengurangi
banyak kesalahan dalam penalaran.
Ketidakjelasan berbahasa dapat dihindari
dengan menggunakan simbol-simbol, karena setelah problem diterjemahkan ke dalam
notasi simbolik, penyelesaiannya menjadi bersifat mekanis. Tokoh-tokoh terkenal
lainnya yang menjadi pendukung perkembangan logika simbolik adalah De Morgan,
Leonard Euler (1707 - 1783), John Venn (1834 - 1923), Alfred North Whitehead
dan Bertrand Russell (1872 - 1970).
BAB II PERNYATAAN
Sebelum membahas tentang pernyataan,
akan kita bahas terlebih dahulu apa yang disebut kalimat . Kalimat adalah
kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa. Kata adalah rangkaian
huruf yang mengandung arti. Kalimat berarti rangkaian kata yang disusun menurut
aturan tata bahasa dan mengandung arti. Dalam logika matematika hanya
dibicarakan kalimat-kalimat berarti yang menerangkan (kalimat
deklaratif/indicative sentences).
Contoh :
1. 4 kurang dari 5
2. Indonesia terdiri atas 33 propinsi
3. 2 adalah bilangan prima yang genap
4. 3 adalah bilangan genap
dan tidak akan dibicarakan kalimat-kalimat seperti :
5. Berapa umurmu ? (Kalimat tanya)
6. Bersihkan tempat tidurmu ! (Kalimat
perintah)
7. Sejuk benar udara di sini ! (Kalimat
ungkapan perasaan)
8. Mudah-mudahan terkabul cita-citamu.
(Kalimat pengharapan)
Dari contoh-contoh di atas, terlihat
bahwa kalimat 1, 2, dan 3, bernilai benar, sedang kalimat 4 bernilai salah.
Kalimat 5, 7, dan 8, tidak dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Nilai
benar artinya ada kesesuaian antara yang dinyatakan oleh kalimat itu dengan
keadaan sesungguhnya (realitas yang dinyatakannya), yaitu benar dalam arti
matematis.
1.
Pernyataan
Definisi : Suatu pernyataan (statement) adalah suatu kalimat deklaratif yang
bernilai benar saja, atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah.
Contoh :
Kalimat 1, 2, 3, dan 4
Benar atau salahnya sebuah pernyataan
disebut nilai kebenaran pernyataan itu.
Seperti telah kita ketahui, menurut
jenisnya suatu kalimat secara sederhana dapat dibagi seperti di bawah ini
Bukan pernyataan (bukan kalimat
deklaratif) contohnya : Kalimat 5, 6, 7, dan 8.
Sedang kalimat tak berarti contohnya :
1. Batu makan rumput
2. 3 melempari 5
Ada buku yang membedakan antara
proposisi dan pernyataan. Yang membedakan antara proposisi dan pernyataan
menganggap bahwa contoh 9, dan 10, juga merupakan pernyataan walaupun tidak
berarti (bermakna). Pernyataan yang diungkapkan oleh suatu kalimat berarti
disebut proposisi. Sehingga proposisi adalah pernyataan, sebaliknya suatu pernyataan
belum tentu merupakan proposisi. Suharto adalah presiden kita dengan Suharto is
our presiden adalah dua kalimat yang berbeda, tetapi mempunyai arti yang sama.
Sehingga dikatakan bahwa kedua kalimat itu merupakan proposisi yang sama. Dalam
buku ini kita mendefinisikan proposisi sebagai pernyataan.
Kalimat pada contoh 1, 2, dan 4, disebut
pernyataan sederhana (simple statement), yaitu pernyataan yang hanya menyatakan
pikiran tunggal dan tidak mengandung kata hubung kalimat. Sedangkan kalimat
pada contoh 3, adalah pernyataan majemuk (composite/compound statement), yang
terdiri atas satu atau lebih pernyataan sederhana dengan bermacam-macam kata
hubung kalimat (connective/perangkai). Sedang pernyataan sederhana disebut juga
pernyataan primer atau pernyataan atom.
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk ditentukan oleh nilai kebenaran dari setiap pernyataan sederhana yang
dikandungnya dan cara menghubungkan pernyataan-pernyataan sederhana itu, dan
bukan oleh keterkaitan isi pernyataan-pernyataan sederhana tersebut. Suatu
pernyataan umum disimbolkan dengan huruf abjad kecil, misalnya p, q, r, … dan
seterusnya, sedang nilai benar disimbolkan dengan “B” atau “1 (satu)” dan nilai
salah disimbolkan dengan “S” atau “0 (nol)”.
Contoh :
p : Ada 12 bulan dalam setahun (B)
q : 4 + 5 = 8 (S)
Kalimat Kalimat berarti Kalimat tak berarti
Kalimat Deklaratif Bukan Kalimat Deklaratif bernilai benar bernilai salah
2.
Variabel dan Konstanta
Definisi : Variabel adalah simbol yang menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik
dalam semesta pembicaraan.
Definisi : Konstanta adalah simbol yang menunjukkan anggota tertentu (yang sudah
spesifik) dalam semesta pembicaraan.
Perhatikan kalimat berikut ini :
a. Manusia makan nasi.
b. . . . memakai sepatu
c. 4 + x = 7
d. 4 + . . . = 7
e. p < 5
Ada yang mengatakan bahwa kalimat a
benar, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalimat itu salah, tergantung pada
kesesuaian kalimat itu dengan keadaan sesungguhnya. Kalimat seperti ini disebut
pernyataan faktual.
Ada juga yang mengatakan bahwa
kelima-kalimat di atas belum dapat dikatakan mempunyai nilai. Seperti telah
kita ketahui, nilai benar maupun nilai salah sebuah kalimat (baik kalimat
sehari-hari maupun kalimat matematika), ditentukan oleh kebenaran atau
ketidakbenaran realita yang dinyatakan.
Jika kata “manusia” dalam kalimat a
diganti “Yohana”, maka kalimat menjadi “Yohana makan nasi”. Kalimat ini jelas
bernilai salah saja atau bernilai benar saja; tergantung realitasnya. Kalimat
ini disebut pernyataan faktual. Demikian pula jika “. . .” pada b diganti
“Hani”, maka kalimat ini menjadi “Hani memakai sepatu”. Kalimat (pernyataan)
itupun menjadi jelas nilainya, yaitu salah saja atau benar saja, tergantung
realitanya.
Jika “x” pada c diganti “3” maka kalimat
itu menjadi “4 + 3 = 7”. Kalimat (pernyataan) ini jelas bernilai benar saja.
Jika “. . .” pada d diganti “4”, maka kalimat itu menjadi “4 + 4 = 7”. Jelas
pernyataan itu bernilai salah saja.
Jika “p” pada e diganti “0, 1, 2, 3, 4”,
maka pernyataan “p < 5” menjadi bernilai benar, tetapi kalimat (pernyataan)
itu menjadi bernilai salah apabila “p” pada e diganti "5, 6, 7, . .
." dalam semesta pembicaraan himpunan bilangan cacah.
“ Manusia”, “. . .”, “x”, “p” pada
kalimat-kalimat di atas disebut variabel. Sedangkan pengganti-pengganti seperti
“Yohana”, “Hani”, “3”, “4”, dan “0, 1, 2, 3, 4” dan "5, 6, 7, . .
." disebut konstanta.
3.
Kalimat Terbuka
Kalimat-kalimat seperti a sampai dengan
e di atas disebut kalimat terbuka. Jika variabel dalam kalimat terbuka sudah
diganti dengan konstanta yang sesuai, maka kalimat yang terjadi dapat disebut
kalimat tertutup.
Definisi : Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung variabel, dan jika
variabel tersebut diganti konstanta dari semesta yang sesuai maka kalimat itu
akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau bernilai salah saja
(pernyataan).
Kalimat terbuka seperti c, d, dan e,
disebut kalimat matematika (ada yang menyebut kalimat bilangan). Kalimat
matematika yang masih mengandung variabel dan menggunakan tanda “=” seperti
kalimat c dan d disebut persamaan. Kalimat e yang menggunakan tanda “<”
disebut pertidaksamaan (sebutan ini juga berlaku untuk kalimat matematika yang
masih mengandung variabel dan menggunakan tanda ”>” atau “≠”
Jika variabel pada kalimat matematika
itu sudah diganti dengan konstanta dan kalimat matematika itu menggunakan tanda
“=” maka kalimat yang terjadi disebut kesamaan. Sedang kalimat matematika yang
tidak mengandung variabel dan menggunakan tanda “<”, “>” atau “≠” disebut
ketidaksamaan.
Di atas telah diberikan
definisi-definisi dari pernyataan, variabel, konstanta, dan kalimat terbuka.
Pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah di atas disebut kalimat definisi.
Pada kalimat definisi tidak boleh terdapat kata-kata yang belum jelas artinya,
apalagi kata yang sedang didefinisikan.
1. BAB III KATA HUBUNG KALIMAT
Pernyataan majemuk terdiri dari satu atau lebih pernyataan sederhana yang
dihubungkan dengan kata hubung kalimat (connective) tertentu. Dalam bahasa
Indonesia kita sering menggunakan kata-kata “tidak”, “dan”, “atau”, “jika. . .
maka. . .”, “jika dan hanya jika”. Marilah sekarang kita memperhatikan
penggunaan kata-kata itu dengan lebih cermat dalam matematika (dan
membandingkannya dengan penggunaan dalam percakapan sehari-hari). Kita pelajari
sifat-sifatnya untuk memperjelas cara berpikir kita dan terutama karena
pentingnya kata-kata itu untuk melakukan pembuktian. Dalam pelajaran logika
(matematika), kata-kata itu disebut kata hubung kalimat, ada lima macam kata
hubung kalimat yaitu negasi, konjungsi, disjungsi, kondisional, dan
bikondisional.
Negasi tidak menghubungkan dua buah pernyataan sederhana, tetapi tetap
dianggap sebagai kata hubung kalimat, yaitu menegasikan pernyataan sederhana
(ada yang menganggap bahwa negasi suatu pernyataan sederhana bukan pernyataan
majemuk).
1. Negasi (Ingkaran, atau
Penyangkalan)
Perhatikan pernyataan : “Sekarang hari hujan” bagaimana ingkaran pernyataan
itu ? Anda dapat dengan mudah menjawab : "Sekarang hari tidak hujan”.
Jika pernyataan semula bernilai benar maka ingkaran pernyataan itu bernilai
salah.
Sesungguhnya, penambahan "tidak" ke dalam kalimat semula
tidaklah cukup. Coba anda pikirkan bagaimana negasi dari kalimat : “Beberapa
pemuda adalah atlit”.
Definisi : Ingkaran suatu pernyataan adalah
pernyataan yang bernilai benar, jika pernyataan semula salah, dan sebaliknya.
Ingkaran pernyataan p ditulis ~ p
Contoh :
1. Jika p : Jakarta ibu kota RI (B)
maka ~ p : Tidak benar bahwa Jakarta ibu kota RI (S)
atau ~ p : Jakarta bukan ibu kota RI (S)
2. Jika q : Zainal memakai kaca mata
maka ~ q : Tidak benar bahwa Zainal memakai kaca mata
atau ~ q : Zaibal tidak memakai kaca mata
~ q akan bernilai salah jika Zainal benar-benar memakai kaca mata.
3. Jika r : 2 + 3 > 6 (S)
maka ~r : Tidak benar bahwa 2 + 3 > 6 (B)
atau ~ r : 2 + 3 ≤ 6 (B)
4. Jika s : Ada anak berkacamata di
kelasku (B) (dimisalkan bahwa pernyataan ini benar)
maka ~ s : Tidak benar bahwa ada anak berkacamata di kelasku (S)
Perhatikan baik-baik cara membuat ingkaran di atas, jangan membuat ingkaran
yang salah.
Membentuk ingkaran suatu pernyataan dapat dengan menambahkan kata-kata
tidak benar bahwa di depan pernyataan aslinya, atau jika mungkin dengan
menambah bukan atau tidak di dalam pernyataan itu, tetapi untuk pernyataan-pernyataan
tertentu tidak demikian halnya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dibuat
Tabel Kebenaran untuk ingkaran seperti disamping :
2. Konjungsi (dan)
Perhatikan kalimat : “Aku suka sayur dan buah”, maka kalimat itu berarti :
1. “Aku suka sayur” dan 2. “Aku suka buah”. Jika pernyataan semula bernilai
benar maka sub pernyataan 1. atau 2. benar. Jika sub pernyataan 1 atau 2 salah
maka pernyataan semula bernilai salah, demikian pula jika kedua sub pernyataan
itu salah.
Berdasarkan pengertian di atas, dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan
“dan” merupakan pernyataan majemuk yang disebut konjungsi dari
pernyataan-pernyataan semula. Penghubung “dan” diberi simbol “ ∧ ”. Konjungsi dari dua pernyataan p dan q ditulis p ∧ q, dan dibaca p dan q. masing-masing p dan q disebut komponen (sub
pernyataan). Pernyataan p ∧ q juga disebut
sebagai pernyataan konjungtif.
Contoh :
1. Jika r : Ima anak pandai, dan
s : Ima anak cekatan.
maka r ∧ s : Ima anak pandai dan cekatan
Pernyataan r ∧ s bernilai benar jika Ima benar-benar
anak pandai dan benar-benar anak cekatan.
S
B ~ p B S p
2. Jika a : Bunga mawar berbau harum (B), dan
b : Bunga matahari berwarna biru (S)
maka a ∧ b : Bunga mawar berbau harum dan bungan matahari berwarna biru (S)
3. Jika p : 2 + 3 < 6 (B), dan
q : Sang Saka bendera RI
(B)
maka p ∧ q : 2 + 3 < 6 dan Sang Saka bendera RI (B)
Definisi : Suatu konjungsi dari dua pernyataan
bernilai benar hanya dalam keadaan kedua komponennya
bernilai benar.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disusun tabel kebenaran untuk konjungsi
seperti disamping :
3. Disjungsi (atau)
Sekarang perhatikan pernyataan : “Tobing seorang mahasiswa yang cemerlang
atau seorang atlit berbakat”.
Membaca pernyataan itu akan timbul tafsiran :
1. Tobing seorang mahasiswa yang
cemerlang, atau seorang atlit yang berbakat, tetapi tidak kedua-duanya, atau
2. Tobing seorang mahasiswa yang
cemerlang, atau seorang atlit yang berbakat, mungkin kedua-duanya.
Tafsiran pertama adalah contoh disjungsi eksklusif dan tafsiran kedua
adalah contoh disjungsi inklusif.
Jika pernyataan semula benar, maka keduanya dari tafsiran 1 atau 2 adalah
benar (untuk disjungsi inklusif), mungkin benar salah satu (untuk disjungsi
eksklusif), dan sebaliknya. Lebih dari itu, jika pernyataan semula salah, maka
kedua tafsiran itu tentu salah (untuk disjungsi inklusif dan eksklusif).
Berdasarkan pengertian di atas, dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan
”atau” merupakan disjungsi dari kedua pernyataan semula.
Dibedakan antara : 1. disjungsi inklusif yang diberi simbol “ ∨" dan
2. disjungsi eksklusif yang diberi simbol “ ∨ ”.
B S S S p ∧ q B S B S q B B S S p
Disjungsi inklusif dari dua pernyataan p dan q ditulis p ∨ q, dan disjungsi eksklusif dari dua pernyataan p dan q ditulis p ∨ q, dan dibaca : p atau q. pernyataan p ∨ q juga disebut
sebagai pernyataan disjungtif.
Contoh :
1. Jika p : Aku tinggal di Indonesia
q : Aku belajar Bahasa
Inggris sejak SMP
maka p ∨ q : Aku tinggal di Indonesia atau belajar Bahasa Inggris sejak SMP
Pernyataan p ∨ q bernilai benar jika Aku benar-benar
tinggal di Indonesia atau benar-benar belajar Bahasa Inggris sejak SMP.
2. Jika r : Aku lahir di Surabaya, dan
s : Aku lahir di Bandung,
maka r ∨ s : Aku lahir di Surabaya atau di Bandung.
Pernyataan r ∨ s bernilai benar jika Aku benar-benar
lahir di salah saaatu kota Surabaya atau Bandung, dan tidak di kedua tempat itu. Mustahil bukan bahwa aku lahir di dua kota ?
Definisi : Suatu disjungsi inklusif bernilai
benar apabila paling sedikit satu komponennya bernilai benar. Berdasarkan
definisi di atas, dapat disusun tabel kebenaran untuk disjungsi inklusif seperti
disamping :
Definisi : Suatu disjungsi eksklusif bernilai
benar apabila hanya salah saatu komponennya bernilai benar
Berdasarkan definisi di atas, dapat disusun tabel kebenaran untuk disjungsi
eksklusif
seperti disamping :
B B B S B S B S B B S S p ∨ q q p S B B S B S B S B B S S p ∨ q q p
4. Kondisional (Implikasi atau
Pernyataan Bersyarat)
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara
terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa
udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita
tulis sebagai:
“ Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
” Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“ Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“ Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut
hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari
bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan
menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat
perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila
matahari bersinar.
Perhatikan pula contoh berikut ini:
“ Jika ABCD belah ketupat maka diagonalnya saling berpotongan
ditengah-tengah”. Untuk menunjukkan bahwa diagonal segi empat ABCD saling
berpotongan ditengah-tengah adalah cukup dengan menunjukkan bahwa ABCD belah
ketupat, atau ABCD belah ketupat merupakan syarat cukup bagi diagonalnya untuk
saling berpotongan ditengah-tengah. Dan untuk menunjukkan bahwa ABCD belah
ketupan perlu ditunjukkan bahwa diagonalnya saling berpotongan ditengah-tengah,
atau diagonal-diagonal segi empat ABCD saling berpotongan ditengah-tengah
merupakan syarat perlu (tetapi belum cukup) untuk menunjukkan belah ketupat
ABCD. Mengapa ?
Karena diagonal-diagonal suatu jajaran genjang juga saling berpotongan
ditengah-tengah, dan jajaran genjang belum tentu merupakan belah ketupat.
Demikian pula syarat cukup tidak harus menjadi syarat perlu karena jika
diagonal segi empat ABCD saling berpotongan ditengah belum tentu segi empat
ABCD belah ketupat.
Banyak pernyataan, terutama dalam matematika, yang berbentuk “jika p maka
q”, pernyataan demikian disebut implikasi atau pernyataan bersyarat
(kondisional) dan ditulis sebagai p ⇒ q. Pernyataan p ⇒ q juga disebut sebagai pernyataan implikatif atau pernyataan kondisional.
Pernyataan p ⇒ q dapat dibaca:
a. Jika p maka q
b. p berimplikasi q
c. p hanya jika q
d. q jika p
Dalam implikasi p ⇒ q, p disebut hipotesa (anteseden) dan q
disebut konklusi (konsekuen).
Bila kita menganggap pernyataan q sebagai suatu peristiwa, maka kita
melihat bahwa “Jika p maka q” dapat diartikan sebagai “Bilamana p terjadi maka
q juga terjadi” atau dapat juga, diartikan sebagai “Tidak mungkin peristiwa p
terjadi, tetapi peristiwa q tidak terjadi”.
Definisi : Implikasi p ⇒ q bernilai benar jika
anteseden salah atau konsekuen benar.
Berbeda dengan pengertian implikasi sehari-hari maka pengertian implikasi
disini hanya ditentukan oleh nilai kebenaran dari anteseden dan konsekuennya
saja, dan bukan oleh ada atau tidak adanya hubungan isi antara anteseden dan
konsekuen. Implikasi ini disebut implikasi material. Sedang implikasi yang
dijumpai dalam percakapan sehari-hari disebut implikasi biasa (ordinary
implication).
Contoh:
1. jika p : burung mempunyai sayap (B), dan
q : 2 + 3 = 5 (B)
maka p ⇒ q : jika burung mempunyai sayap maka 2 + 3 = 5 (B)
2. jika r : x bilangan cacah (B), dan
s : x bilangan bulat
positif (S)
maka p ⇒ q : jika x bilangan cacah maka x bilangan bulat positif (S).
5. Konvers, Invers, dan
Kontraposisi
Andaikan pernyataan “Jika hari hujan, saya memakai jas hujan” bernilai
benar, maka itu tidak berarti bahwa pernyataan “Saya memakai jas hujan berarti
hari hujan” juga bernilai benar; sebab mungkin saja saya memakai jas hujan
walaupun hari tidak hujan.
Demikian pula pernyataan “Jika hari tidak hujan, saya tidak memakai jas
hujan” belum tentu bernilai benar.
Sedangkan pernyataan “Jika saya tidak memakai jas hujan, hari tidak hujan”
akan bernilai benar.
B S B B B S B S B B S S p ⇒q q p Berdasarkan definisi diatas dapat disusun tabel kebenaran untuk
implikasi seperti disamping.
Definisi : Konvers dari implikasi p ⇒ q adalah q ⇒ p
Invers dari implikasi p ⇒ q adalah ~ p ⇒ ~ q
Kontraposisi dari implikasi p ⇒ q adalah ~ q ⇒ ~ p
Hubungan antara implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dapat
ditunjukkan dengan skema berikut ini:
6. Bikondisional (Biimplikasi
Atau Pernyataan Bersyarat Ganda)
Perhatikan kalimat: ”Jika segi tiga ABC sama kaki maka kedua sudut alasnya
sama besar”. Jelas implikasi ini bernilai benar. Kemudian perhatikan: “Jika
kedua sudut alas segi tiga ABC sama besar maka segi tiga itu sama kaki”. Jelas
bahwa implikasi ini juga bernilai benar. Sehingga segi tiga ABC sama kaki
merupakan syarat perlu dan cukup bagi kedua alasnya sama besar, juga kedua
sudut alas sama besar merupakan syarat perlu dan cukup untuk segi tiga ABC sama
kaki. Sehingga dapat dikatakan “Segi tiga ABC sama kaki merupakan syarat perlu
dan cukup untuk kedua sudut alasnya sama besar”.
Perhatikan kalimat: “Saya memakai mantel jika dan hanya jika saya merasa
dingin”. Pengertian kita adalah “Jika saya memakai mantel maka saya merasa
dingin” dan juga “Jika saya merasa dingin maka saya memakai mantel”. Terlihat
bahwa jika saya memakai mantel merupakan syarat perlu dan cukup bagi saya
merasa dingin, dan saya merasa dingin merupakan syarat perlu dan cukup bagi
saya memakai mantel. Terlihat bahwa kedua peristiwa itu terjadi serentak.
Dalam matematika juga banyak didapati pernyataan yang berbentuk “p bila dan
hanya bila q” atau “p jika dan hanya jika q”. Pertanyaan demikian disebut
bikondisional atau biimplikasi atau pernyataan bersyarat ganda dan ditulis
sebagai p ⇔ q, serta dibaca p jika dan hanya jika q
(disingkat dengan p jhj q atau p bhb q). Pernyataan p ⇔ q juga disebut sebagai pernyataan biimplikatif. Pernyataan “p jika dan
hanya jika q” berarti “jika p maka q dan
jika q maka p”, sehingga juga berarti “p adalah syarat perlu dan cukup bagi q”
dan sebaliknya.
p⇒q Konvers q⇒p ~ p⇒ ~ q Konvers ~ q⇒p Invers Invers Kontraposisi Kontraposisi 20
Definisi : Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika
komponen-komponennya bernilai sama.
Contoh:
1. Jika p : 2 bilangan genap (B)
q : 3 bilangan ganjil (B)
maka p ⇔ q : 2 bilangan genap jhj 3 bilangan ganjil (B)
(B)¹2. Jika r : 2 + 2
s : 4 + 4 < 8 (S)
5 jhj 4 + 4¹maka r ⇔ s : 2 + 2 < 8 (S)
3. Jika a : Surabaya ada di jawa barat (S)
b : 23 = 6 (S)
maka a ⇔ b : Surabaya ada di jawa barat jhj 23 =
6 (B)
Apakah pernyataan berikut ini merupakan pernyataan bikondisional atau
bukan?
a. Setiap segi tiga sama sisi merupakan segi tiga sama kaki.
b. Sudut-sudut segi tiga sama sisi sama besarnya.
c. Sepasang sisi yang berhadapan pada sebuah jajaran genjang sama
panjangnya.
d. Sebuah segi tiga sama kaki mempunyai dua sisi yang sama panjang.
(Keempat kalimat diatas berkenaan dengan bangun-bangun geometri)
e. Seorang haji beragama islam
B S S B B S B S B B S S p ⇔q q p Berdasarkan definisi diatas dapat disusun tabel kebenaran untuk
bimplikasi seperti disamping.
7. Kesepakatan Penggunaan Kata
Hubung Kalimat
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita sering menjumpai pernyataan yang
menggunakan banyak kata hubung kalimat, seperti berikut ini:
“ Saya akan berjalan kaki atau saya akan naik sepeda maka saya akan tidak
terlambat mengikuti kuliah”.
Membaca kalimat diatas, ada yang menafsirkan: ”Jika saya berjalan kaki atau
naik sepeda, saya akan tidak terlambat mengikuti kuliah”. Ada juga yang
menafsirkan sebagai: “Saya berjalan kaki atau, jika saya naik sepeda maka saya
akan tidak terlambat mengikuti kuliah”.
Untuk dapat mengerti pernyataan komposit diatas dengan benar (seperti apa
yang dinyatakan) diperlukan kejelasan berbahasa dengan menggunakan tanda
baca-tanda baca yang diperlukan, misalnya: koma, dengan demikian kita dapat
menterjemahkan pernyataan diatas kepernyataan simbolik dengan benar.
Demikian pula halnya dengan pernyataan simbolik yang kita gunakan.
Pernyataan ini harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Logika
menggunakan tanda kurung untuk menunjukkan urutan pengerjaan. Tetapi untuk
pernyataan yang banyak menggunakan kata hubung kalimat, penggunaan tanda kurung
dirasakan kurang effisien. Untuk itu disepakati penggunaan urutan pengerjaan
(urutan kuat ikat) seperti berikut ini:
1. negasi ~
2. konjungsi ∧ , disjungsi ∨
3. kondisional ⇒
4. bikondisional ⇔
Contoh :
1. ~ p ∨ q berarti ( ~ p) ∨ q merupaka kalimat disjungtif.
2. p ∧ q ⇒ r berarti (p ∧ q) ⇒ r merupakan kalimat kondisional.
3. p ⇔ q ⇒ r berarti p ⇔ (q ⇒ r) merupakan kalimat bikondisional.
2. BAB IV TAUTOLOGI, EKIVALEN DAN
KONTRADIKSI
1. Tautologi
Perhatikan bahwa beberapa pernyataan selalu bernilai benar. Contoh
pernyataan: “Junus masih bujang atau Junus bukan bujang” akan selalu bernilai
benar tidak bergantung pada apakah junus benar-benar masih bujang atau bukan
bujang.
Jika p : junus masih bujang, dan ~p : junus bukan bujang, maka pernyataan
diatas berbentuk p ∨ ~p. (coba periksa nilai kebenarannya
dengan menggunakan tabel kebenaran). Setiap pernyataan yang bernilai benar,
untuk setiap nilai kebenaran komponen-komponennya, disebut tautologi.
2. Ekivalen
Perhatikan kalimat: “Guru pahlawan bangsa” dan “tidak benar bahwa guru
bukan pahlawan bangsa”. Kedua kalimat ini akan mempunyai nilai kebenaran yang
sama, tidak perduli bagaimana nilai kebenaran dari pernyataan semula. (Coba
periksa dengan menggunakan tabel kebenaran).
Definisi : Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis)
jika kedua pernyataan itu mempunyai
nilai kebenaran yang sama.
q.ºPernyataan p ekivalen dengan pernyataan q dapat ditulis sebagai p
Berdasarkan definisi diatas, sifat-sifat pernyataan-pernyataan yang
ekivalen (berekivalensi logis) adalah:
pº1. p
pº q maka q º2. jika p
rº r maka p º q dan q º3. jika p
Sifat pertama berarti bahwa setiap pernyataan selalu mempunyai nilai
kebenaran yang sama dengan dirinya sendiri. Sifat kedua berarti bahwa jika
suatu pernyataan mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan suatu pernyataan
yang lain, maka tentu berlaku sebaliknya. Sedangkan sifat ketiga berarti bahwa
jika pernyataan pertama mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan pernyataan
kedua dan pernyataan kedua mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan
pernyataan ketiga maka nilai kebenaran pernyataan pertama adalah sama dengan
nilai kebenaran pernyataan ketiga.
Jika pernyataan tertentu p ekivalen dengan pernyataan q, maka pernyataan p
dan q dapat saling ditukar dalam pembuktian. Ingat pada pernyataan “segi tiga
sama sisi” yang ekivalen dengan “segi tiga yang sudutnya sama besar”. Dalam
pembuktian pada geometri sering kali kita menggunakan kedua pernyataan itu dengan
maksud yang sama.
3. Kontradiksi
Sekarang perhatikan kalimat : “Pratiwi seorang mahasiswa dan bukan
mahasiswa”. Pernyataan ini selalu bernilai salah, tidak tergantung pada nilai
kebenaran dari “Pratiwi seorang mahasiswa” maupun “Pratiwi bukan mahasiswa”.
Jika r : Pratiwi mahasiswa maka ~ r : Pratiwi bukan mahasiswa maka
pernyataan di atas berbentuk r ∧ ~ r (Coba periksa
nilai kebenarannya dengan menggunakan
tabel kebenaran).
Setiap pernyataan yang selalu bernilai salah, untuk setiap nilai kebenaran
dari komponen-komponen disebut kontradiksi. Karena kontradiksi selalu bernilai
salah, maka kontradiksi merupakan ingkaran dari tautologi dan sebaliknya.
BAB V
KUANTOR
1. Fungsi Pernyataan
Definisi : Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di dalam
semesta pembicaraan (semesta
pembicaraan diberikan secara eksplisit atau implisit).
Fungsi pernyataan merupakan suatu kalimat terbuka yang ditulis sebagai p(x)
yang bersifat bahwa p(a) bernilai benar atau salah (tidak keduanya) untuk
setiap a (a adalah anggota dari semesta pembicaraan). Ingat bahwa p(a) suatu
pernyataan.
Contoh :
1. p(x) = 1 + x > 5
p(x) akan merupakan fungsi pernyataan pada A = himpunan bilangan asli.
Tetapi p(x) bukan merupakan fungsi
pernyataan pada K = himpunan bilangan kompleks.
2. a. Jika p(x) = 1 + x > 5 didefinisikan pada A = himpunan bilangan
asli, maka p(x) bernilai benar untuk x = 5, 6, 7, . . .
b. Jika q(x) = x + 3 < 1 didefinisikan pada A = himpunan bilangan asli,
tidak ada x yang menyebabkan p(x) bernilai
benar.
c. Jika r(x) = x + 3 > 1 didefinisikan pada A = himpunan bilangan asli,
maka r(x) bernilai benar untuk x = 1, 2, 3, .
Dari contoh di atas terlihat bahwa fungsi pernyataan p(x) yang
didefinisikan pada suatu himpunan tertentu akan bernilai benar untuk semua
anggota semesta pembicaraan, beberapa anggota semesta pembicaraan, atau tidak
ada anggota semesta pembicaraan yang memenuhi.
2. Kuantor Umum (Kuantor
Universal)
x p(x) adalah suatu pernyataan yang
dapat dibaca sebagai “Untuk setiap x elemen A, p(x) merupakan pernyataan “Untuk
semua x, berlaku p(x)”." x, p(x) atau " A) p(x) atau Î x " yang dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap” disebut kuantor umum. Jika
p(x) adalah fungsi proposi si pada suatu himpunan A (himpunan A adalah semesta
pembicaraannya) maka ( "Simbol
Contoh :
1. p(x) = x tidak kekal
p(manusia) = Manusia tidak kekal
{manusia}, p(x) = semua manusia
tidak kekal (Benar)Î x " x, p(x) = "maka
x p(x) merupakan"Perhatikan bahwa p(x) merupakan kalimat terbuka (tidak mempunyai nilai
kebenaran). Tetapi
pernyataan (mempunyai nilai benar atau salah tetapi tidak kedua-duanya).
x (x + 3" x r(x) = "2. > 1) pada A = {bilangan asli}
bernilai benar.
x (x + 3" x q(x) = "3. < 1) pada A = {bilangan asli}
bernilai salah.
3. Kuantor Khusus (Kuantor
Eksistensial)
! Untuk menyatakan “Ada hanya satu”.$ x p(x)
adalah suatu pernyataan yang dibaca “Ada x elemen A, sedemikian hingga p(x)
merupakan pernyataan” atau “Untuk beberapa x, p(x)”. ada yang menggunakan
simbol $ x! p(x)
atau $ A) p(x)
atau Î x $ dibaca
“ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling sedikit satu” disebut kuantor
khusus. Jika p(x) adalah fungsi pernyataan pada himpunana tertentu A (himpunana
A adalah semesta pembicaraan) maka ( $ Simbol
Contoh :
1. p(x) = x adalah wanita
p(perwira ABRI) = Perwira ABRI adalah wanita
{perwira ABRI}, p(x) = ada perwira
ABRI adalah wanita (Benar)Î x $ x! p(x)
= $ x p(x) =
$
x (x + 1$ x p(x) =
$2. < 5) pada A = {bilangan asli} maka
pernyataan itu bernilai salah.
x (3 + x$ x r(x) =
$3. > 1) pada A = {bilangan asli} maka
pernyataan itu bernilai salah.
4. Negasi Suatu Pernyatan yang
Mengandung Kuantor
Negasi dari “Semua manusia tidak kekal” adalah “Tidak benar bahwa semua
manusia tidak kekal” atau “Beberapa manusia kekal”.
x ~ p(x) bernilai salah. Pernyataan
di atas dapat dituliskan dengan simbol :$ x p(x) bernilai benar, dan “Beberapa manusia kekal” atau "Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal, maka “Semua
manusia adalah tidak kekal” atau
x ~ p(x)$ º x p(x)] "~ [
Jadi negasi dari suatu pernyataan yang mengandung kuantor universal adalah
ekivalen dengan pernyataan yang mengandung kuantor eksistensial (fungsi
pernyataan yang dinegasikan) dan sebalinya :
x ~ p(x)" º x p(x) $~ [
5. Fungsi Pernyataan yang Mengandung
Lebih dari Satu Variabel
Didefinisikan himpunan A1, A2, A3, . . ., An, suatu fungsi pernyataan yang mengandung
variabel pada himpunan A1 x A2 x A3 x . . . x An merupakan kalimat terbuka
p(x1, x2, x3, . . ., xn) yang mempunyai sifat p(a1, a2, a3, . . ., an) bernilai
benar atau salah (tidak keduanya) untuk (a1, a2, a3, . . ., an) anggota semesta
A1 x A2 x A3 x . . . x An.
Contoh :
M(x,y) adalah fungsi pernyataan pada
P x W.º1.
Diketahui P = {pria}, W = {wanita}. “x menikah dengan y”
2. Diketahu A = {bilangan asli}. “2x – y – 5z < K(x,y,z) adalah fungsi pernyataan pada A x A
x A.º10”
Suatu fungsi pernyataan yang bagian depannya dibubuhi dengan kuantor untuk
setiap variabelnya, seperti contoh berikut ini :
z p(x,y,z)" y $ x $ y p(x,y)
atau $ x "
merupakan suatu pernyataan dan mempunyai nilai kebenaran.
Contoh :
1. P = {Nyoman, Agus, Darman} dan W = {Rita, Farida}, serta p(x,y) = x
adalah kakak y.
W, p(x,y) dibaca “Untuk setiap x di
P ada y di W sedemikian hingga x adalah kakak y” berarrtiÎ y $ P, Î x "Maka
bahwa setiap anggota P adalah kakak dari Rita atau Farida.
P p(x,y) dibaca “Ada y di W untuk
setiap x di P sedemikian hingga xÎ x " W Î y $Jika
pernyataan itu ditulis sebagai
adalah kakak y” berarti bahwa ada (paling sedikit satu) wanita di W
mempunyai kakak semua anggota P.
Negasi dari pernyataan yang mengandung kuantor dapat ditentukan sebagai
contoh berikut ini.
y ~ p(x,y)$ x " º y
p(x,y)] " x ~ [ " º y
p(x,y)}] " x { $~ [
Contoh :
P = {Nyoman, Agus, Darman} dan W = {Rita, Farida}, serta p(x,y) = x adalah
kakak y.
W, p(x,y)Î y $ P, Î x "Tuliskan negasi dari pernyataan :
Jawab :
W, ~ p(x,y)Î y " P, Î x $ º W,
p(x,y) Î P, ~ [Ey
Î x $ º W
p(x,y)}] Î y $ P { Î x "~ [
Jika kita baca pernyataan semula adalah “Setiap anggota P adalah kakak dari
paling sedikit satu anggota W”
Negasi dari pernyataan itu adalah “Tidak benar bahwa setiap anggota P
adalah kakak dari paling sedikit satu anggota W” yang ekivalen dengan “Ada
anggota P yang bukan kakak dari semua anggota W”.
Coba bandingkan pernyataan verbal ini dengan bentuk simboliknya!
BAB VI
VALIDITAS PEMBUKTIAN
1. Premis dan Argumen
Logika berkenaan dengan penalaran yang dinyatakan dengan pernyataan verbal.
Suatu diskusi atau pembuktian yang bersifat matematik atau tidak, terdiri atas pernyataan-pernyataan
yang saling berelasi. Biasanya kita memulai dengan pernyataan-pernyataan
tertentu yang diterima kebenarannya dan kemudian berargumentasi untuk sampai
pada konklusi (kesimpulan) yang ingin dibuktikan.
Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan disebut
premis, sehingga suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi atau
pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya.
Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri
atas satu atau lebih premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu
(satu) konklusi. Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan dari
premis-premis.
2. Validitas Pembuktian (I)
Konklusi selayaknya diturunkan dari premis-premis atau premis-premis
selayaknya mengimplikasikan konklusi, dalam argumentasi yang valid, konklusi
akan bernilai benar jika setiap premis yang digunakan di dalam argumen juga
bernilai benar. Jadi validitas argumen tergantung pada bentuk argumen itu dan
dengan bantuan tabel kebenaran.
Bentuk kebenaran yang digeluti oleh para matematikawan adalah kebenaran
relatif. Benar atau salahnya suatu konklusi hanya dalam hubungan dengan sistem
aksiomatik tertentu. Konklusi itu benar jika mengikuti hukum-hukum logika yang
valid dari aksioma-aksioma sistem itu, dan negasinya adalah salah.
Untuk menentukan validitas suatu argumen dengan selalu mengerjakan tabel
kebenarannya tidaklah praktis. Cara yang lebih praktis banyak bertumpu pada
tabel kebenaran dasar dan bentuk kondisional. Bentuk argumen yang paling sederhana
dan klasik adalah Modus ponens dan Modus tolens.
Modus Ponen
qÞPremis 1 : p
Premis 2 : p
Konklusi : q
q)\ q, p Þ untuk
menyatakan konklusi, seperti p \Cara membacanya : Apabila diketahui jika p maka q benar, dan p benar,
disimpulkan q benar. (Notasi : Ada yang menggunakan tanda
Contoh :
1. Premis 1 : Jika saya belajar, maka saya lulus ujian (benar)
Premis 2 : Saya belajar (benar)
Konklusi : Saya lulus ujian (benar)
Baris pertama dari tabel kebenaran kondisional (implikasi) menunjukkan validitas
dari bentuk argumen modus ponen.
Modus Tolen :
qÞPremis 1 : p
Premis 2 : ~ q
Konklusi : ~ p
Contoh :
2. Premis 1 : Jika hari hujan maka saya memakai jas hujan (benar)
Premis 2 : Saya tidak memakai jas hujan (benar)
Konklusi : Hari tidak hujan (benar)
Perhatikan bahwa jika p terjadi maka q terjadi, sehingga jika q tidak
terjadi maka p tidak terjadi.
Silogisma :
qÞPremis 1 : p
rÞPremis 2 : q
rÞKonklusi : p
Contoh :
3. Premis 1 : Jika kamu benar, saya bersalah (B)
Premis 2 : Jika saya bersalah, saya minta maaf (B)
Konklusi : Jika kamu benar, saya minta maaf (B)
Silogisma Disjungtif
qÚPremis 1 : p
Premis 2 : ~ q
Konklusi : p
Jika ada kemungkinan bahwa kedua pernyataan p dan q dapat sekaligus
bernilai benar, maka argumen di bawah ini tidak valid.
Premis 1 : p ∨ q
Premis 2 : q
Konklusi : ~ p
Tetapi jika ada kemungkinan kedua pernyataan p dan q tidak sekaligus
bernilai benar (disjungsi eksklusif), maka sillogisma disjungtif di atas adalah
valid.
Contoh :
1. Premis 1 : Pengalaman ini berbahaya atau membosankan (B)
Premis 2 : Pengalaman ini tidak berbahaya (B)
Konklusi : Pengalaman ini membosankan (B)
2. Premis 1 : Air ini panas atau dingin (B)
Premis 2 : Air ini panas (B)
Konklusi : Air ini tidak dingin (B)
3. Premis 1 : Obyeknya berwarna merah atau sepatu
Premis 2 : Obyek ini berwarna merah
Konklusi : Obyeknya bukan sepatu (tidak valid)
Konjungsi
Premis 1 : p
Premis 2 : q
qÙKonklusi : p
q benar.ÙArtinya :
p benar, q benar. Maka p
Tambahan (Addition)
Premis 1 : p
qÚKonklusi : p
q benar (tidak peduli nilai benar
atau nilai salah yang dimiliki q).ÚArtinya : p benar, maka p
Dua bentuk argumen valid yang lain adalah Dilema Konstruktif dan Dilema
Destruktif.
Dilema Konstruktif
s)Þ (r Ù q) ÞPremis 1
: (p
rÚPremis 2 : p
sÚKonklusi : q
Dilema konstruktif ini merupakan kombinasi dua argumen modus ponen (periksa
argumen modus ponen).
Contoh :
Premis 1 : Jika hari hujan, aku akan tinggal di rumah; tetapi jika pacar
datang, aku pergi berbelanja.
Premis 2 : Hari ini hujan atau pacar datang.
Konklusi : Aku akan tinggal di rumah atau pergi berbelanja.
Dilema Konstruktif :
s)Þ (r Ù q) ÞPremis 1
: (p
~ sÚPremis 2 : ~ q
~ rÚKonklusi : ~ p
Dilema destruktif ini merupakan kombinasi dari dua argumen modus tolens
(perhatikan argumen modus tolen).
Contoh :
Premis 1 : Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung; dan jika aku
tutup mulut, aku akan ditembak
mati.
Premis 2 : Aku tidak akan ditembak mati atau digantung.
Konklusi : Aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak akan tutup
mulut.
2. Validitas Pembuktian (II)(Hanya untuk pengayaan)
Sekarang kita akan membicarakan pembuktian argumen yang lebih kompleks
dengan menggunakan bentuk-bentuk argumen valid di atas.
Contoh :
t)]Ù (s Þ [p Þ q) ÙDiberikan
argumen : (p
rÙ q) Ù(p
tÚs
Apakah argumen di atas valid ?
Jawab :
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuktian yang dilakukan :
t) PremisÙ (s Þ [p Þ q) Ù(p
r PremisÙ q) Ù(p
q 2, PenyederhanaanÙp
t) 1, 3, Modus PonenÙ (s Þp
p 3, Penyederhanaan
t 4, 5, Modus PonenÙs
s 6, Penyederhanaan
t 7, TambahanÚ s \
Jadi argumen tersebut di atas adalah absah (valid).
Jika pengetahuan logika diperlukan atau pengetahuan aljabar diperlukan,
maka semua orang akan belajar matematika. Pengetahuan logika diperlukan dan
pengetahuan geometri diperlukan. Karena itu semua mahasiswa akan belajar
matematika. Validkah argumentasi di atas ?
Jawab :
Kita akan menerjemahka argumen- argumen di atas ke bentuk simbol-simbol.
Misal : l = pengetahuan logika diperlukan,
a = pengetahuan aljabar diperlukan,
m = Semua orang akan belajar matematika,
g = pengetahuan geometri diperlukan.
Maka :
m PremisÞ a) Ú(l
g PremisÙl
l 2, Penyederhanaan
a 3, TambahanÚl
m 1, 4, Modus Ponen\
Jadi argumen di atas adalah valid.
Demikianlah, kita dapat membuktikan argumen - argumen yang tampaknya
berbelit-belit dengan menggunakan argumentasi valid yang telah kita miliki.
Perhatikan baik-baik cara menerjemahkan argumentasi itu menjadi simbol-simbol.
Pembuktian Tidak Langsung
Pembuktian-pembuktian yang telah kita bicarakan di atas, merupakan pembuktian
yang langsung. Suatu argumen adalah valid secara logis jika premis-premisnya
bernilai benar dan konklusinya juga bernilai benar.
Berdasarkan pemikiran ini, jika premis-premis dalam suatu argumen yang
valid membawa ke konklusi yang bernilai salah, maka paling sedikit ada satu
premis yang bernilai salah.
Cara pembuktian ini disebut pembuktian tidak langsung atau pembuktian
dengan kontradiksi atau reductio ad absurdum.
Contoh :
Premis 1 : Semua manusia tidak hidup kekal (Benar)
Premis 2 : Chairil Anwar adalah manusia (Benar)
Buktikan bahwa “Chairil Anwar tidak hidup kekal” (premis 3) dengan
melakukan pembuktian tidak langsung.
Bukti :
Kita misalkan bahwa : Chairil Anwar hidup kekal (premis 4) (dan kita anggap
bernilai benar).
Maka berarti : Ada manusia hidup kekal (premis 5).
Tetapi premis 5 ini merupakan negasi dari premis 1. Yang sudah kita terima
kebenarannya.
Oleh karena itu premis 5 ini pasti bernilai salah.
Karena premis 5 bernilai salah maka premis 4 juga bernilai salah. Sebab itu
premis 3 bernilai benar.
Jadi terbukti bahwa “Chairil Anwar tidak hidup kekal”.
Ringkasannya, kita dapat membuktikan bahwa suatu pernyataan bernilai benar,
dengan menunjukkan bahwa negasi dari pernyataan itu salah. Ini dilakukan dengan
menurunkan konklusi yang salah dari argumen yang terdiri dari negasi pernyataan
itu dan pernyataan atau pernyataan-pernyataan lain yang telah diterima
kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar